Pengaruh waktu terhadap nilai uang di masa
yang akan datang menyangkut penanaman dana ke dalam suatu investasi baik
investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan pengaruh waktu nilai
uang akan berubah pada masa yang akan datang kalau jumlahnya sama,hal ini
disebabkan karena perkembangan perekonomian dimana masyarakat semakin tahu arti
perkembangan perekonomian dan bagaimana dampaknya terhadap harga-harga secara
umum. Kalau dalam perekonomian suatu negara dimana harga-harga cenderung naik,
maka hal ini berarti bahwa dengan jumlah uang yang sama jika digunakan pada
waktu satu tahun setelah diterima uang tersebut maka nilainya akan turun.
3.1. Pertimbangan Pengembalian Terhadap Modal
Pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan menanam modal
biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Suatu kegiatan investasi dapat
dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan
adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. Nilai
sekarang pendapatan di masa depan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut. Pada persamaan di atas:
- NS
adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh antara tahun 1 hingga
tahun n apabila investasi tersebut didiskontokan sampai dengan tahun n.
- Y1,
Y2.... Yll adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan
antara tahun 1 hingga tahun n.
- r adalah
tingkat bunga.
Apabila nilai sekarang modal yang diinvestasikan, diasumsikan dengan M,
maka penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih
besar dari M.
Cara lain untuk menentukan apakah suatu investasi merupakan kegiatan yang
menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat
.pengembalian modal dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal
dinyatakan dalam persen dan ia menggambarkan tingkat keuntungan per tahun dari
modal yang diinvestasikan. Untuk itu tingkat pengembalian modal dapat dihituna
denaan rumus:
Pada persamaan tersebut:
- M
adalah modal yang diinvestasikan.
- Y1,
Y2, Y3 hingga Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari
tahun 1 hingga tahan ke n.
- R
adalah tingkat pengembalian modal
Dari persamaan di atas nilai yang akan dihitung adalah R
karena M dan Y1 hingga Yn sudah diketahui nilainya. Suatu investasi dianggap
menguntungkan apabila nilai R lebih besar dari tingkat bunga.
Efisiensi Modal Marjinal
Efisiensi modal marjinal (marginal efficiency of capital)
adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian modal
dan jumlah modal yang akan diinvestasikan. Dari kurva pada Peraga 9.4 dapat
dijelaskan bahwa kurva MEI (efisiensi modal marjinal) ditunjukkan oleh tiga
buah titik: A, B, dan C.
Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal
adalah Ro dan investasi adalah Io. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa
dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat
pengembalian modal sebanyak Ro atau lebih tinggi dan untuk mewujudkan investasi
tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak Io.
Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B
menggambarkan wujudnya kesempatan untuk berinvestasi dengan tingkat
pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik
C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian
modal sebanyak R2 atau lebih diperlukan modal sebanyak 12.
3.2. Asal Mula Bunga
Menurut Hubbard ( 1997 ) dalam Laksmono (
2001), Bunga Adalah Biaya yang harus di bayar Borrower.
Menurut Kem dan Guttman (1992) seperti di
uraikan Laksmono ( 2001 ) menganggap Suku Bunga merupakan sebuah harga dan
sebagai mana harga lainnya maka tingkat Suku Bunga, yaitu :
1. SUKU BUNGA NOMINAL, yaitu Suku Bunga
yang dapat di amati di pasaran.
2. SUKU BUNGA RIIL, yaitu suku Bunga
yang secara konsep di ukur tingkat
pengembaliannya
setelah dikurangi inflansi.
3. SUKU BUNGA JANGKA PENDEK, yaitu Suku
Bunga yang jatuh tempo ( Maturity ) satu tahun atau
kurang.4. SUKU BUNGA JANGKA PANJANG, yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo (Maturitty) lebih
dari satu tahun.
3.3. Bunga Sederhana
Apabila total bunga yang diperoleh
berbanding lurus dengan besarnya pinjaman awal/pokok pinjaman, tingkat suku
bunga dan lama periode pinjaman yang disepakati, maka tingkat suku bunga
tersebut dinamakan tingkat suku bunga sederhana ( simple interest rate ). Bunga
sederhana jarang digunakan dalam praktik komersial modern.
Total bunga yang diperoleh dapat dihitung
dengan rumus :
I = P.i.n
Di mana
: I = Total bunga tunggal
P = Pinjaman awal
i = Tingkat suku bunga
n = Periode pinjaman.
Jika pinjaman awal P, dan tingkat suku
bunga I adalah suatu nilai yang tetap, maka besarnya bunga tahunan yang
diperoleh adalah konstan. Oleh karena itu, total pembayaran pinjaman yang harus
dilakukan pada akhir periode pinjaman F, sebesar :
F = P + I
3.4. Bunga Majemuk
Bunga majemuk meupakan bunga yang diperoleh setiap periode berdasarkan
pada pinjaman pokok ditambah dengan setiap beban bunga yang terakumulasi sampai
dengan awal periode tersebut. Bunga majemuk biasa sering digunakan dalam
praktik komersial modern. Perbedaan yang terjadi karena dipengaruhi
pemajemukkan (compounding). Perhitungan bunganya dilakukan berdasarkan pinjaman
pokok dan bunga yang dihasilkan pada periode sebelumnya. Jika jumlah uang
semakin sebesar atau periode lebih lama, maka prbedaan tersebut akan
semakin besar.
3.5. Konsep Ke-Ekivalenan
Ekuivalensi ialah semua cara pembayaran yang memiliki daya tarik yang sama bagi
peminjam. Meskipun total pembayaran kembali uang pinjaman berbeda
menurut caranya, tetapi bisa ekivalensi satu sama lain merupakan konsep yang
penting dalam ekonomi teknik.
Ekuivalensi tergantung pada :
- Tingkat suku bunga
- Jumlah uang yang terlibat
- Waktu menerima dan/atau pengeluaran uang
- Sifat yang berkaitan dengan pembayaran
bunga terhadap modal yang ditanamkan dan modal awal yang
diperoleh kembali.
Jika tingkat suku
bunga konstan pada 10% dengan pembayaran apapun, maka semua cara pembayaran
tersebut ekivalen. Seseorang bisa secara bebas meminjam dan meminjamkan pada
tingkat suku bunga 10%. Tidak ada bedanya pada pokok pinjaman dibayarkan dalam
umur pinjaman atau baru dibayar kembali pada akhir tahun ke-4
Cara untuk melihat mengapa semua cara pembayaran itu dikatakan ekivalen pada
tingkat suku bunga 10% adalah membandingkan total bunga pinjaman yang
dibayarkan dengan total pinjaman selama 4 tahun, seperti ditunjukkan pada tabel
berikut :
Tabel. M-02.7
Total Bunga Pinjaman yang Dibayarkan
Total Pinjaman Selama
Empat Tahun
Perbandinga Total Bunga terhadap Total Pinjaman
Cara I
150,00
1.500,00
0,10
Cara II
200,00
2.000,00
0,10
Cara III
387,33
3.873,31
0,10
Cara IV
211,20
2.112,2
0,10
Dengan suatu
tingkat suku bunga yang sama, dapat dikatakan bahwa setiap cara pembayaran di
masa yang akan datang yang akan melunasi sejumlah uang yang dipinjam saat ini
adalah ekivalen satu sama lain. Ekivalensi berlaku jika total bunga pinjaman
yang dibayarkan dibagi total dengan pinjaman yang menghasilkan jumlah yang sama
pada cara pembayaran mana saja.
3.6. Notasi dan Diagram/Tabel Arus Kas
Arus kas
(cash flow) adalah aliran nilai atau dana moneter (dollar) yang digunakan
sebagai biaya (inputs) untuk menghasilkan keutungan (output). Arus kas (cash
flow) tersebut dihasilkan dari sebuah proyek investasi. Cara termudah
untuk pendekatan masalah - masalah dalam analisis ekonomi adalah menggambar
sebuah gambar atau diagram yang harus menunjukkan 3 hal, yaitu:
1. Interval waktu yang dibagi ke dalam jumlah yang sesuai dari periode yang
sama
2. Semua arus pengeluaran kas (deposito, pengeluaran, dll) dalam
masing-masing periode
3. Semua arus pemasukan kas masuk (penarikan, pendapatan, dll)
pada setiap periode
Untuk menyederhanakan
subjek pada analisis ekonomi, ada beberapa simbol-simbol (notasi) yang
diperkenalkan untuk mewakili macam-macam arus kas dan faktor-faktor bunga,
yaitu :
P = nilai atau jumlah mata uang pada
waktu sekarang ($)
F = nilai atau jumlah mata uang pada
waktu yang akan datang ($)
N = jumlah dari periode bunga
i = tingkat suku bunga per
periode (%)
3.7. Tidak diketahui nilai awal, Diketahui nilai akan datang
Jika (1 + i)n dipindahkan ke ruas kanan diperoleh :
P =
F (1+i)-n
(4)
P = Ekuivalen
masa sekarang
F = Ekuivalen
masa akan datang
i =
Tingkat Bunga per Periode
Bentuk (1 + I)-n disebut Single
Payment Present Worth Factor (faktor nilai saat ini pembayaran tunggal), dan
dapat ditulis dengan simbol fungsional (P/F,i,n) Besarnya (P/F,i,n) untuk
berbagai i dan n dapat dilihat pada tabel bunga.
Simbol fungsional tersebut dibaca “cari P di mana
F diketahui pada bunga i per periode bunga untuk n periode bunga.” Perhatikan
bahwa urutan dari P dan F dalam P/F adalah sama seperti dalam bagian awal dari
persamaan 4, di mana besaran yang tidak diketahui P ditempatkan pada sisi
sebelah kiri dari persamaan sedangkan besaran yang diketahui F ditempatkan
disebelah kanan persamaan.
3.8. Tidak diketahui nilai akan datang, Diketahui nilai awal
Jika suatu jumlah P
rupiah ditanamkan pada suatu saat sekarang dan i merupakan tingkat bunga per
periode (keuntungan atau pertumbuhan), jumlahnya akan meningkat dari sebesar P
menjadi P+Pi = P(1+i) pada akhir periode pertama; pada akhir dari dua
periode besarnya akan meningkat menjadi P(1+i)(1+i) = P(1+i)2 ;
pada akhir dari tiga periode, besarnya akan meningkat menjadi P(1+i)2 (1+i)
= P(1+i)3; dan pada akhir dari n periode jumlahnya akan meningkat
menjadi :
F = P (1 +i)n
3.9. Gradien Seragam
Pada deret gradien panjangnya periode
adalah N, tetapi aliran kas dalam periode 1 adalah 0. Beberapa faktor yang
mempengaruhi gradien antara lain nilai sekarang, annuitas, atau nilai masa akan
datang.
P = G (P/G, i, N) atau G = P (G/P, i, N)
(3.9)
A = G (A/G, i, N) atau G = A (G/A, i, N)
(3.10)
F = G (F/G, i, N) atau G = F (G/F, i, N)
(3.11)
Beberapa masalah arus kas melibatkan
peneriman - peneriman atau pengeluaran-pengeluaran yang diproyeksikan agar
meningkat atau berkurang.
Jumlah secara konstan G pada setiap
periode. Situasi itu dapat dimodelkan dengan suatu kemiringan/gradient yang
seragam (uniformgradient/arithmetic gradient).
3.10. Suku Bunga Terhadap Waktu
Suku bunga merupakan salah
satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya
yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku
bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang yang
dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti halnya
harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar uang dan
pasar modal.
Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI)
atau BI-rate adalah suku bunga instrumen sinyaling
Bank Indonesia (BI) merupakan suku bunga
kebijakan moneter ( policy rate ) Kenaikan atau penurunan tingkat
suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) akan mempengaruhi tingkat suku
bunga antar bank dan tingkat suku bunga deposito yang berakibat pada perubahan
suku bunga kredit. Dengan demikian BI-rate tersebut
memberi sinyal bahwa pemerintah mengharapkan pihak perbankan dapat menggerakkan
sektor riil untuk dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kenaikan BI-rate
akan mendorong kenaikan suku bunga dana antar bank dan suku bunga deposito yang
mengakibatkan kenaikan suku bunga kredit, sementara jika BI-rate diturunkan
dikhawatirkan akan memicu pelarian dana jangka pendek yang akan
mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
3.11. Tingkat Suku Bunga Nominal dan Suku Bunga Efektif
Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku
bunga riil. Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di
pasar. Sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga
yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju
inflasi yang diharapkan.
Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga,
ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat
banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah
dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga
tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar
sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal
yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003).
Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan tingkat bunga kredit.
Pada tahun 2002, kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang kondusif.
Ini terlihat dari terkendalinya uang primer, serta laju inflasi dan nilai tukar
yang menunjukkan perkembangan yang positif. Oleh karena itulah, Bank Indonesia
mulai memberikan sinyal penurunan tingkat bunga secara bertahap. Hal ini
dilakukan melalui penurunan tingkat bunga instrumen moneter yang salah satunya
adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI mengalami penurunan, tingkat bunga
kredit relatif rigid.
Suku bunga kredit yang ada pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari
pelaku bisnis maupun pakar ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar Bank
Indonesia selaku penguasa moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku
bunga kredit berkaitan dengan turunnya SBI agar dapat meningkatkan atau
mengembangkan sektor riil lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum
atau baru sedikit yang dipenuhi (Info Bank, 2004).
Masih relatif tingginya suku bunga kredit di tengah-tengah masih adanya
ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia
usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator,
fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan
perbaikan, namun dalam kenyataannya penyaluran kredit perbankan pada sektor
riil belum dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang
dihadapai oleh sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya
dengan konsolidasi internal di perbankan.
Gejolak suku bunga dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi
aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit,
tapi juga membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi dalam kondisi
seperti ini, kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.
Suku Bunga Nominal
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media
cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama
setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus
mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 (yaitu $100.000 x 10%).
Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya,
bank memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke
depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika
ekspektasi inflasinya adalah 3%.
Tingkat Bunga Efektif adalah:
disebut juga tingkat suku bunga ekuivalen tahunan (equivalent annual
rate, EAR). Tingkat suku bunga ini adalah tingkat suku bunga yang
akan menghasilkan nilai akhir (di masa depan) yang sama menurut bunga majemuk
tahunan seperti juga pada bunga majemuk yang lebih sering dengan memberikan
suatu tingkat suku bunga nominal tertentu. Semua tingkat suku bunga
nominal dapat dikonversi menjadi tingkat suku bunga ekuivalen tahunan, atau
EFF%. Ketika melakukan perbandingan di antara beberapa pinjaman atau
investasi yang melakukan pembayaran pada jangka waktu yang berbeda-beda, harus menggunakan
EEF%.
- tingkat
bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam setahun; jika suku bunga
dibebankan sekali setahun, tingkat bunga nominal sama dengan suku bunga
efektif; atau
- gambaran
mengenai pendapatan/hasil atas nilai suatu instrumen utang yang
dimiliki dibandingkan dengan nilai instrumen pada saat harga pembelian
(effective rate)
Jika tingkat bunga nominal lebih rendah daripada tingkat bunga efektif,
maka akan terjadi diskonto. Sebaliknya, jika tingkat bunga nominal lebih
tinggi daripada tingkat bunga efektif, maka akan terjadi premium.
RUMUS BUNGA NOMINAL & EFEKTIF
n Suku bunga nominal :
• r = i x M
n Suku bunga efektif :
• ieff = (1 + i)M -1
Sumber : http://fpermana93.blogspot.co.id/2011/12/konsep-nilai-uang-terhadap-waktu.html
http://www.tugassekolah.com/2016/02/tingkat-pengembalian-modal-pendapatan.html
https://condrokacon.wordpress.com/2012/10/25/suku-bunga-nominal-dan-suku-bunga-efektif/
Pengaruh waktu terhadap nilai uang di masa
yang akan datang menyangkut penanaman dana ke dalam suatu investasi baik
investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan pengaruh waktu nilai uang akan berubah pada masa yang akan datang kalau jumlahnya sama,hal ini disebabkan karena perkembangan perekonomian dimana masyarakat semakin tahu arti perkembangan perekonomian dan bagaimana dampaknya terhadap harga-harga secara umum. Kalau dalam perekonomian suatu negara dimana harga-harga cenderung naik, maka hal ini berarti bahwa dengan jumlah uang yang sama jika digunakan pada waktu satu tahun setelah diterima uang tersebut maka nilainya akan turun.
Berdasarkan pengaruh waktu nilai uang akan berubah pada masa yang akan datang kalau jumlahnya sama,hal ini disebabkan karena perkembangan perekonomian dimana masyarakat semakin tahu arti perkembangan perekonomian dan bagaimana dampaknya terhadap harga-harga secara umum. Kalau dalam perekonomian suatu negara dimana harga-harga cenderung naik, maka hal ini berarti bahwa dengan jumlah uang yang sama jika digunakan pada waktu satu tahun setelah diterima uang tersebut maka nilainya akan turun.
3.1. Pertimbangan Pengembalian Terhadap Modal
Pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan menanam modal
biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Suatu kegiatan investasi dapat
dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan
adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. Nilai
sekarang pendapatan di masa depan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut. Pada persamaan di atas:
- NS
adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh antara tahun 1 hingga
tahun n apabila investasi tersebut didiskontokan sampai dengan tahun n.
- Y1,
Y2.... Yll adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan
antara tahun 1 hingga tahun n.
- r adalah
tingkat bunga.
Apabila nilai sekarang modal yang diinvestasikan, diasumsikan dengan M, maka penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M.
Cara lain untuk menentukan apakah suatu investasi merupakan kegiatan yang
menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat
.pengembalian modal dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal
dinyatakan dalam persen dan ia menggambarkan tingkat keuntungan per tahun dari
modal yang diinvestasikan. Untuk itu tingkat pengembalian modal dapat dihituna
denaan rumus:
Pada persamaan tersebut:
Pada persamaan tersebut:
- M
adalah modal yang diinvestasikan.
- Y1,
Y2, Y3 hingga Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari
tahun 1 hingga tahan ke n.
- R
adalah tingkat pengembalian modal
Dari persamaan di atas nilai yang akan dihitung adalah R
karena M dan Y1 hingga Yn sudah diketahui nilainya. Suatu investasi dianggap
menguntungkan apabila nilai R lebih besar dari tingkat bunga.
Efisiensi Modal Marjinal
Efisiensi modal marjinal (marginal efficiency of capital)
adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian modal
dan jumlah modal yang akan diinvestasikan. Dari kurva pada Peraga 9.4 dapat
dijelaskan bahwa kurva MEI (efisiensi modal marjinal) ditunjukkan oleh tiga
buah titik: A, B, dan C.
Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal
adalah Ro dan investasi adalah Io. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa
dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat
pengembalian modal sebanyak Ro atau lebih tinggi dan untuk mewujudkan investasi
tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak Io.
Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B
menggambarkan wujudnya kesempatan untuk berinvestasi dengan tingkat
pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik
C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian
modal sebanyak R2 atau lebih diperlukan modal sebanyak 12.
3.2. Asal Mula Bunga
Menurut Hubbard ( 1997 ) dalam Laksmono (
2001), Bunga Adalah Biaya yang harus di bayar Borrower.
Menurut Kem dan Guttman (1992) seperti di
uraikan Laksmono ( 2001 ) menganggap Suku Bunga merupakan sebuah harga dan
sebagai mana harga lainnya maka tingkat Suku Bunga, yaitu :
1. SUKU BUNGA NOMINAL, yaitu Suku Bunga
yang dapat di amati di pasaran.
2. SUKU BUNGA RIIL, yaitu suku Bunga
yang secara konsep di ukur tingkat
pengembaliannya
setelah dikurangi inflansi.
3. SUKU BUNGA JANGKA PENDEK, yaitu Suku
Bunga yang jatuh tempo ( Maturity ) satu tahun atau
kurang.4. SUKU BUNGA JANGKA PANJANG, yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo (Maturitty) lebih
dari satu tahun.
kurang.4. SUKU BUNGA JANGKA PANJANG, yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo (Maturitty) lebih
dari satu tahun.
3.3. Bunga Sederhana
Apabila total bunga yang diperoleh
berbanding lurus dengan besarnya pinjaman awal/pokok pinjaman, tingkat suku
bunga dan lama periode pinjaman yang disepakati, maka tingkat suku bunga
tersebut dinamakan tingkat suku bunga sederhana ( simple interest rate ). Bunga
sederhana jarang digunakan dalam praktik komersial modern.
Total bunga yang diperoleh dapat dihitung
dengan rumus :
I = P.i.n
Di mana
: I = Total bunga tunggal
P = Pinjaman awal
i = Tingkat suku bunga
n = Periode pinjaman.
Jika pinjaman awal P, dan tingkat suku
bunga I adalah suatu nilai yang tetap, maka besarnya bunga tahunan yang
diperoleh adalah konstan. Oleh karena itu, total pembayaran pinjaman yang harus
dilakukan pada akhir periode pinjaman F, sebesar :
F = P + I
3.4. Bunga Majemuk
Bunga majemuk meupakan bunga yang diperoleh setiap periode berdasarkan
pada pinjaman pokok ditambah dengan setiap beban bunga yang terakumulasi sampai
dengan awal periode tersebut. Bunga majemuk biasa sering digunakan dalam
praktik komersial modern. Perbedaan yang terjadi karena dipengaruhi
pemajemukkan (compounding). Perhitungan bunganya dilakukan berdasarkan pinjaman
pokok dan bunga yang dihasilkan pada periode sebelumnya. Jika jumlah uang
semakin sebesar atau periode lebih lama, maka prbedaan tersebut akan
semakin besar.
3.5. Konsep Ke-Ekivalenan
Ekuivalensi ialah semua cara pembayaran yang memiliki daya tarik yang sama bagi
peminjam. Meskipun total pembayaran kembali uang pinjaman berbeda
menurut caranya, tetapi bisa ekivalensi satu sama lain merupakan konsep yang
penting dalam ekonomi teknik.
Ekuivalensi tergantung pada :
- Tingkat suku bunga
- Jumlah uang yang terlibat
- Waktu menerima dan/atau pengeluaran uang
- Sifat yang berkaitan dengan pembayaran
bunga terhadap modal yang ditanamkan dan modal awal yang
diperoleh kembali.
Jika tingkat suku
bunga konstan pada 10% dengan pembayaran apapun, maka semua cara pembayaran
tersebut ekivalen. Seseorang bisa secara bebas meminjam dan meminjamkan pada
tingkat suku bunga 10%. Tidak ada bedanya pada pokok pinjaman dibayarkan dalam
umur pinjaman atau baru dibayar kembali pada akhir tahun ke-4
Cara untuk melihat mengapa semua cara pembayaran itu dikatakan ekivalen pada
tingkat suku bunga 10% adalah membandingkan total bunga pinjaman yang
dibayarkan dengan total pinjaman selama 4 tahun, seperti ditunjukkan pada tabel
berikut :
Tabel. M-02.7
Total Bunga Pinjaman yang Dibayarkan
|
Total Pinjaman Selama
Empat Tahun
|
Perbandinga Total Bunga terhadap Total Pinjaman
|
|
Cara I
|
150,00
|
1.500,00
|
0,10
|
Cara II
|
200,00
|
2.000,00
|
0,10
|
Cara III
|
387,33
|
3.873,31
|
0,10
|
Cara IV
|
211,20
|
2.112,2
|
0,10
|
Dengan suatu
tingkat suku bunga yang sama, dapat dikatakan bahwa setiap cara pembayaran di
masa yang akan datang yang akan melunasi sejumlah uang yang dipinjam saat ini
adalah ekivalen satu sama lain. Ekivalensi berlaku jika total bunga pinjaman
yang dibayarkan dibagi total dengan pinjaman yang menghasilkan jumlah yang sama
pada cara pembayaran mana saja.
3.6. Notasi dan Diagram/Tabel Arus Kas
Arus kas
(cash flow) adalah aliran nilai atau dana moneter (dollar) yang digunakan
sebagai biaya (inputs) untuk menghasilkan keutungan (output). Arus kas (cash
flow) tersebut dihasilkan dari sebuah proyek investasi. Cara termudah
untuk pendekatan masalah - masalah dalam analisis ekonomi adalah menggambar
sebuah gambar atau diagram yang harus menunjukkan 3 hal, yaitu:
1. Interval waktu yang dibagi ke dalam jumlah yang sesuai dari periode yang
sama
2. Semua arus pengeluaran kas (deposito, pengeluaran, dll) dalam
masing-masing periode
3. Semua arus pemasukan kas masuk (penarikan, pendapatan, dll)
pada setiap periode
Untuk menyederhanakan
subjek pada analisis ekonomi, ada beberapa simbol-simbol (notasi) yang
diperkenalkan untuk mewakili macam-macam arus kas dan faktor-faktor bunga,
yaitu :
P = nilai atau jumlah mata uang pada
waktu sekarang ($)
F = nilai atau jumlah mata uang pada
waktu yang akan datang ($)
N = jumlah dari periode bunga
i = tingkat suku bunga per
periode (%)
3.7. Tidak diketahui nilai awal, Diketahui nilai akan datang
Jika (1 + i)n dipindahkan ke ruas kanan diperoleh :
Jika (1 + i)n dipindahkan ke ruas kanan diperoleh :
P =
F (1+i)-n
(4)
P = Ekuivalen
masa sekarang
F = Ekuivalen
masa akan datang
i =
Tingkat Bunga per Periode
Bentuk (1 + I)-n disebut Single
Payment Present Worth Factor (faktor nilai saat ini pembayaran tunggal), dan
dapat ditulis dengan simbol fungsional (P/F,i,n) Besarnya (P/F,i,n) untuk
berbagai i dan n dapat dilihat pada tabel bunga.
Simbol fungsional tersebut dibaca “cari P di mana
F diketahui pada bunga i per periode bunga untuk n periode bunga.” Perhatikan
bahwa urutan dari P dan F dalam P/F adalah sama seperti dalam bagian awal dari
persamaan 4, di mana besaran yang tidak diketahui P ditempatkan pada sisi
sebelah kiri dari persamaan sedangkan besaran yang diketahui F ditempatkan
disebelah kanan persamaan.
3.8. Tidak diketahui nilai akan datang, Diketahui nilai awal
Jika suatu jumlah P
rupiah ditanamkan pada suatu saat sekarang dan i merupakan tingkat bunga per
periode (keuntungan atau pertumbuhan), jumlahnya akan meningkat dari sebesar P
menjadi P+Pi = P(1+i) pada akhir periode pertama; pada akhir dari dua
periode besarnya akan meningkat menjadi P(1+i)(1+i) = P(1+i)2 ;
pada akhir dari tiga periode, besarnya akan meningkat menjadi P(1+i)2 (1+i)
= P(1+i)3; dan pada akhir dari n periode jumlahnya akan meningkat
menjadi :
F = P (1 +i)n
3.9. Gradien Seragam
Pada deret gradien panjangnya periode
adalah N, tetapi aliran kas dalam periode 1 adalah 0. Beberapa faktor yang
mempengaruhi gradien antara lain nilai sekarang, annuitas, atau nilai masa akan
datang.
P = G (P/G, i, N) atau G = P (G/P, i, N)
(3.9)
A = G (A/G, i, N) atau G = A (G/A, i, N)
(3.10)
F = G (F/G, i, N) atau G = F (G/F, i, N)
(3.11)
Beberapa masalah arus kas melibatkan
peneriman - peneriman atau pengeluaran-pengeluaran yang diproyeksikan agar
meningkat atau berkurang.
Jumlah secara konstan G pada setiap
periode. Situasi itu dapat dimodelkan dengan suatu kemiringan/gradient yang
seragam (uniformgradient/arithmetic gradient).
RUMUS BUNGA NOMINAL & EFEKTIF
n Suku bunga nominal :
• r = i x M
n Suku bunga efektif :
• ieff = (1 + i)M -1
3.10. Suku Bunga Terhadap Waktu
Suku bunga merupakan salah
satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya
yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku
bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang yang
dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti halnya
harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar uang dan
pasar modal.
Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) atau BI-rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia (BI) merupakan suku bunga kebijakan moneter ( policy rate ) Kenaikan atau penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) akan mempengaruhi tingkat suku bunga antar bank dan tingkat suku bunga deposito yang berakibat pada perubahan suku bunga kredit. Dengan demikian BI-rate tersebut memberi sinyal bahwa pemerintah mengharapkan pihak perbankan dapat menggerakkan sektor riil untuk dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) atau BI-rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia (BI) merupakan suku bunga kebijakan moneter ( policy rate ) Kenaikan atau penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) akan mempengaruhi tingkat suku bunga antar bank dan tingkat suku bunga deposito yang berakibat pada perubahan suku bunga kredit. Dengan demikian BI-rate tersebut memberi sinyal bahwa pemerintah mengharapkan pihak perbankan dapat menggerakkan sektor riil untuk dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kenaikan BI-rate
akan mendorong kenaikan suku bunga dana antar bank dan suku bunga deposito yang
mengakibatkan kenaikan suku bunga kredit, sementara jika BI-rate diturunkan
dikhawatirkan akan memicu pelarian dana jangka pendek yang akan
mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
3.11. Tingkat Suku Bunga Nominal dan Suku Bunga Efektif
Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku
bunga riil. Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di
pasar. Sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga
yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju
inflasi yang diharapkan.
Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003). Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan tingkat bunga kredit.
Pada tahun 2002, kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini terlihat dari terkendalinya uang primer, serta laju inflasi dan nilai tukar yang menunjukkan perkembangan yang positif. Oleh karena itulah, Bank Indonesia mulai memberikan sinyal penurunan tingkat bunga secara bertahap. Hal ini dilakukan melalui penurunan tingkat bunga instrumen moneter yang salah satunya adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI mengalami penurunan, tingkat bunga kredit relatif rigid.
Suku bunga kredit yang ada pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari pelaku bisnis maupun pakar ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar Bank Indonesia selaku penguasa moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit berkaitan dengan turunnya SBI agar dapat meningkatkan atau mengembangkan sektor riil lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum atau baru sedikit yang dipenuhi (Info Bank, 2004).
Masih relatif tingginya suku bunga kredit di tengah-tengah masih adanya ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator, fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan perbaikan, namun dalam kenyataannya penyaluran kredit perbankan pada sektor riil belum dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang dihadapai oleh sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya dengan konsolidasi internal di perbankan.
Gejolak suku bunga dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit, tapi juga membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi dalam kondisi seperti ini, kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.
Suku Bunga Nominal
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 (yaitu $100.000 x 10%).
Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika ekspektasi inflasinya adalah 3%.
Tingkat Bunga Efektif adalah:
disebut juga tingkat suku bunga ekuivalen tahunan (equivalent annual rate, EAR). Tingkat suku bunga ini adalah tingkat suku bunga yang akan menghasilkan nilai akhir (di masa depan) yang sama menurut bunga majemuk tahunan seperti juga pada bunga majemuk yang lebih sering dengan memberikan suatu tingkat suku bunga nominal tertentu. Semua tingkat suku bunga nominal dapat dikonversi menjadi tingkat suku bunga ekuivalen tahunan, atau EFF%. Ketika melakukan perbandingan di antara beberapa pinjaman atau investasi yang melakukan pembayaran pada jangka waktu yang berbeda-beda, harus menggunakan EEF%.
Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw,2003). Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan tingkat bunga kredit.
Pada tahun 2002, kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini terlihat dari terkendalinya uang primer, serta laju inflasi dan nilai tukar yang menunjukkan perkembangan yang positif. Oleh karena itulah, Bank Indonesia mulai memberikan sinyal penurunan tingkat bunga secara bertahap. Hal ini dilakukan melalui penurunan tingkat bunga instrumen moneter yang salah satunya adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI mengalami penurunan, tingkat bunga kredit relatif rigid.
Suku bunga kredit yang ada pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari pelaku bisnis maupun pakar ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar Bank Indonesia selaku penguasa moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit berkaitan dengan turunnya SBI agar dapat meningkatkan atau mengembangkan sektor riil lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum atau baru sedikit yang dipenuhi (Info Bank, 2004).
Masih relatif tingginya suku bunga kredit di tengah-tengah masih adanya ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator, fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan perbaikan, namun dalam kenyataannya penyaluran kredit perbankan pada sektor riil belum dapat berlangsung dengan cepat karena berbagai permasalahan yang dihadapai oleh sektor riil itu sendiri meskipun hal tersebut juga ada kaitannya dengan konsolidasi internal di perbankan.
Gejolak suku bunga dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit, tapi juga membuat risiko kredit macet menjadi besar. Tetapi dalam kondisi seperti ini, kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung.
Suku Bunga Nominal
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 (yaitu $100.000 x 10%).
Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika ekspektasi inflasinya adalah 3%.
Tingkat Bunga Efektif adalah:
disebut juga tingkat suku bunga ekuivalen tahunan (equivalent annual rate, EAR). Tingkat suku bunga ini adalah tingkat suku bunga yang akan menghasilkan nilai akhir (di masa depan) yang sama menurut bunga majemuk tahunan seperti juga pada bunga majemuk yang lebih sering dengan memberikan suatu tingkat suku bunga nominal tertentu. Semua tingkat suku bunga nominal dapat dikonversi menjadi tingkat suku bunga ekuivalen tahunan, atau EFF%. Ketika melakukan perbandingan di antara beberapa pinjaman atau investasi yang melakukan pembayaran pada jangka waktu yang berbeda-beda, harus menggunakan EEF%.
- tingkat
bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam setahun; jika suku bunga
dibebankan sekali setahun, tingkat bunga nominal sama dengan suku bunga
efektif; atau
- gambaran
mengenai pendapatan/hasil atas nilai suatu instrumen utang yang
dimiliki dibandingkan dengan nilai instrumen pada saat harga pembelian
(effective rate)
RUMUS BUNGA NOMINAL & EFEKTIF
n Suku bunga nominal :
• r = i x M
n Suku bunga efektif :
• ieff = (1 + i)M -1
Sumber : http://fpermana93.blogspot.co.id/2011/12/konsep-nilai-uang-terhadap-waktu.html
http://www.tugassekolah.com/2016/02/tingkat-pengembalian-modal-pendapatan.html
https://condrokacon.wordpress.com/2012/10/25/suku-bunga-nominal-dan-suku-bunga-efektif/http://www.tugassekolah.com/2016/02/tingkat-pengembalian-modal-pendapatan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar